Sektor Sektor Saham yang Tertekan dan Diuntungkan Saat Inflasi Naik

Gambar oleh Markus Winkler dari Pixabay

 Ketika nilai inflasi naik, saham-saham di IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dapat terpengaruh secara berbeda tergantung pada sektor dan kondisi pasar saat itu. Berikut adalah dampaknya pada berbagai sektor saham:

1. Sektor yang Cenderung Tertekan:

  • Sektor Konsumer Non-Primer (Non-Essential Consumer Goods):

    • Inflasi dapat mengurangi daya beli masyarakat, sehingga permintaan terhadap barang-barang non-primer seperti barang elektronik, kendaraan mewah, dan produk gaya hidup berkurang.
    • Saham-saham seperti perusahaan retail dan otomotif mungkin terkena dampak negatif.
  • Sektor Properti dan Real Estat:

    • Inflasi sering diikuti oleh kenaikan suku bunga, yang meningkatkan biaya pinjaman. Hal ini dapat menurunkan permintaan terhadap properti, terutama dari pembeli yang menggunakan kredit.
    • Emiten properti dan konstruksi mungkin menghadapi tekanan.
  • Sektor Industri dan Manufaktur:

    • Biaya bahan baku dan energi yang meningkat akibat inflasi dapat menekan margin keuntungan perusahaan manufaktur.

2. Sektor yang Bisa Diuntungkan:

  • Sektor Energi dan Komoditas:

    • Inflasi sering disertai kenaikan harga komoditas, sehingga perusahaan tambang (misalnya, batu bara, minyak, gas) dan emiten energi bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga produk mereka.
  • Sektor Perkebunan dan Agribisnis:

    • Perusahaan di sektor ini, terutama yang bergerak di minyak sawit (CPO) atau komoditas pangan, dapat diuntungkan karena harga produk mereka cenderung naik saat inflasi tinggi.
  • Sektor Perbankan:

    • Bank dapat diuntungkan jika suku bunga naik karena mereka bisa meningkatkan pendapatan bunga dari pinjaman. Namun, efek ini bisa beragam tergantung pada kondisi kredit macet (NPL).

3. Sektor Defensif:

  • Sektor Konsumer Primer (Essential Consumer Goods):

    • Produk kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman tetap dibutuhkan, sehingga saham-saham di sektor ini cenderung lebih stabil.
    • Emiten seperti perusahaan makanan dan minuman pokok biasanya lebih tahan terhadap inflasi.
  • Sektor Telekomunikasi:

    • Karena layanan komunikasi adalah kebutuhan esensial, sektor ini cenderung stabil meskipun inflasi meningkat.

Faktor Tambahan yang Perlu Dipertimbangkan:

  • Kebijakan Moneter:

    • Bank Indonesia biasanya merespons inflasi dengan menaikkan suku bunga, yang dapat memengaruhi biaya pinjaman dan konsumsi.
  • Ekspektasi Pasar:

    • Jika inflasi yang naik sudah diantisipasi oleh pasar, dampaknya mungkin tidak terlalu signifikan. Namun, inflasi yang tiba-tiba dan tidak terduga bisa menyebabkan volatilitas tinggi.

Kesimpulan:

Dalam situasi inflasi naik, investor cenderung melakukan rotasi portofolio ke sektor-sektor yang diuntungkan oleh inflasi (komoditas, energi) dan sektor defensif (konsumer primer). Penting untuk terus memantau kebijakan pemerintah dan bank sentral dalam merespons inflasi untuk menentukan strategi investasi.